Oleh Saief Alemdar
Penulis Buku "Dalam Dekapan Ramadhan"
Terbitan Quanta - Elex Media
RAMADAN adalah hadiah Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bulan ini adalah lambang cinta Allah kepada umat Islam, khususnya yang mendapat predikat mukmin. Orang-orang yang mendapatkan surat merah jambu dalam ayat cinta Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Merekalah hamba-hamba yang ditembak Allah pada bulan ini.
Allah yang Maha Agung, yang Maha Kaya menembak hambanya pada bulan ini dengan kata-kata yang sangat indah. Menghadiahi mereka apa yang tidak dihadiahkan pada bulan-bulan lain, bahkan pada umat-umat lain, yaitu berkah dan pahala puasa.
Pada bulan yang penuh cinta ini, marilah kita tumbuhkan rasa cinta di hati terhadap sesama. Rasulullah mengatakan bahwa iman seseorang tidak akan sempurna sebelum dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai diri sendiri. Apa yang kita harapkan pada diri kita, hendaklah juga kita harapkan pada saudara kita
Ketika melihat saudara kita tidak berpuasa pada bulan Ramadan, janganlah langsung dibenci. Jangan langsung dicap "fasik" atau "munafik". Ketika kita lihat saudara kita merokok pada bulan Ramadan atau bulan lain di depan umum, janganlah langsung dicela, "Wah ini orang fasik, munafik, kafir. Menghalalkan yang haram pada bulan Ramadan." Kesimpulan yang mengerikan!
Ketika melihat saudari kita yang muslimah memakai baju zaman purba (tidak menutup aurat karena kekurangan bahan), langsung dicap "fasiqoh" atau "fajiroh". Lalu mereka semua dijauhi, dikucilkan. Nauzubillah kalau sampai membenci mereka yang sama-sama muslim. Jangan sampai!
Mereka sedang mendapat cobaan. Seharusnya, ketika melihat saudara kita demikian, kita doakan dan ajak mereka ke jalan yang benar. Bayangkan kalau cobaan itu ditimpakan Allah kepada kita. Kepada keluarga kita, atau orang yang kita cintai.
Kita harus selalu ber-husnudhon kepada sesama muslim. Husnudhon kita kepada mereka merupakan bukti cinta kita kepada mereka. Doakan semoga mereka kembali kepada fitrah sebagai seorang muslim atau muslimah.
Rasulullah tidak pernah mencela atau melaknat orang. Beliau mengecam orang yang suka mencela dan melaknat orang lain. Sebuah peringatan yang tegas "Tidak akan masuk surga la'an (orang yang suka melaknat)."
Salah seorang salafus shalih mengatakan "Buat apa kamu melaknat Firaun? Kamu laknat atau tidak tidak berpengaruh, Allah sendiri sudah melaknatnya. Lebih baik kamu bershalawat atau bertasbih."
Dari sini kita pahami bahwa mendoakan dan mengharapkan kebaikan kepada orang yang sedang mendapat "cobaan" dari Allah adalah jauh lebih baik daripada mencaci atau melaknatnya. Lebih baik bagi kita dan bagi dia.
Ketika Rasulullah diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif, beliau tidak mendoakan kejelekan bagi mereka. Padahal waktu itu malaikat turun dan meminta izin untuk menimbun penduduk kota itu dengan gunung. Tapi Rasulullah malah berdoa,"Ya Allah berilah petunjuk kepada umatku, karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan."
Pada bulan yang penuh cinta ini, kita diajak sejenak melirik fenomena sosial di sekitar kita. Perbedaan itu selalu ada, tapi apakah perbedaan materi itu menjadi jurang pemisah antara kita sesama orang yang beriman? Mari kita jadikan cinta yang dihadirkan oleh Ramadan sebagai jembatan untuk saling merasakan apa yang dirasakan saudara-saudara kita.
Islam sangat memerhatikan kelanggengan dan keharmonisan hubungan antar sesama, meskipun mereka tercipta dalam berbagai suku bangsa dan warna. Islam menyatukan hati mereka dalam satu wadah, yaitu Islam. Hati ibarat sebuah wadah yang harus diisi, sebaik-baik isinya adalah cinta sesama. Penuhilah hati kita dengan cinta.
Rasulullah bersabda, "Dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila daging itu baik maka seluruh tubuh akan baik, dan bila daging itu rusak, maka seluruh tubuh akan rusak, daging itu adalah hati".
Ada beberapa cinta yang bisa kita isi ke dalam hati, yaitu:
1. Cinta kepada Allah. Rasulullah bersabda "Tiga hal yang harus dimiliki seorang muslim hingga dia bisa merasakan manisnya iman; Mencintai Allah dan rasulNya lebih dari yang lain.." Bagaimana implementasi cinta kepada Allah? Mencintai Allah dengan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat segala sesuatu dengan ikhlas karena Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya serta meninggalkan segala larangan-Nya.
2. Cinta kepada Rasulullah. Nabi saw., bersabda " Tidak beriman seorang pun diantara kalian sampai dia mencintaiku lebih dari cintanya kepada orang tua dan anaknya."(HR. Bukhari, Nasai, Ahmad, Ibnu Majah dan Hakim). Bagaimana implementasi cinta itu? Dalam Al Quran disebutkan, "Katakanlah (wahai Muhammad), kalau kalian mencintai-Ku, maka ikutilah Aku." Imam Qodhy Iyadh menyebutkan di antara tanda bahwa seseorang itu cinta kepada Rasulullah adalah menolong agamanya dengan lisan dan perbuatan, mencintai umatnya dengan saling memperingati dan menasihati, sering bershalawat atasnya dan menghormati hadis-hadisnya".
3. Cinta kepada diri sendiri. Hal ini jauh dari egoisme, mencintai diri sendiri. Dalam konteks ini, artinya melakukan ibadah dan perbuatan yang menyelamatkan diri kita di dunia dan akhirat, dan pasti semua ini tidak merugikan orang lain.
4. Cinta kepada orang tua. Semua orang diwajibkan mencintai orang tuanya, tanpa terkecuali. Mencintai mereka adalah dengan cara membuat mereka senang. Hal itu akan tercapai dengan bakti kita kepada mereka. Setiap senyuman yang hadir di wajah orang tua karena anaknya, maka itu adalah deposito pahala bagi si anak.
5. Cinta pada sesama. Kita diajarkan mencintai, tidak hanya kepada manusia, tapi juga mencintai semua makhluk Allah. Dalam sebuah riwayat diceritakan seorang wanita tuna susila mati masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan di padang pasir.
Banyak implementasi cinta sesama, antara lain saling menghormati dan berakhlak mulia terhadap sesama. Mengenai akhlak dan sopan santun, kita harus bersikap terpuji, tidak hanya kepada sesama muslim, tapi juga kepada orang yang bukan muslim, sekalipun itu musuh kita.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun menghadap Firaun, Allah mengatakan "Quula lahu qaulan layyina," berbicaralah kepadanya dengan lemah lembut. Firaun saja dihadapi dengan lemah lembut, apalagi sesama muslim. Maka lebih berhak diperlakukan dengan lemah lembut. Pada bulan ini kesempatan untuk menebar benih-benih cinta antara sesama terbuka lebar. Hal ini bisa diimplementasikan lewat silaturahim, berbuka bersama, bersedekah kepada saudara yang kurang mampu, salat tarawih bersama, bahkan sahur bersama.
Semoga bulan Ramadan ini, kita bisa maksimal beribadah dan menebar cinta kepada sesama secara maksimal, sehingga pada hari fitri kita bisa meraih kemenangan lahir dan batin. Segala sifat iri, dengki, persaingan yang tidak sportif, saling menyalahkan dan seabrek sifat-sifat tercela lain yang mengganggu stabilitas hati dan kesatuan jiwa bisa tercabut dari setiap kita sampai ke akar-akarnya. Wallahu a'lam. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Menebar Cinta di Bulan Ramadan
Dengan url
http://pakanbarupos.blogspot.com/2013/07/menebar-cinta-di-bulan-ramadan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menebar Cinta di Bulan Ramadan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Menebar Cinta di Bulan Ramadan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar