Film Perjuangan Anak Sekolah Tayang di Tribun Pekanbaru

Written By Unknown on Sabtu, 13 April 2013 | 12.47

Tribun Pekanbaru - Sabtu, 13 April 2013 11:58 WIB

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU- Film berjudul Diam menjadi fiilm pembuka dalam  ajang diskusi Komunitas 383, Jum'at (12/4). Film berdurasi 17 menit yang diputar di Cafe Tribunners, Kantor Tribun Pekanbaru berhasil mencuri perhatian hadirin dalam diskusi bertajuk Film dan Puisi.

Hadirin tampak tertegun kala film dibuka dengan adegan yang memperlihatkan perjuangan seorang anak yang berusaha keras menuju sekolah. Bahkan sempat melewati lokasi banjir. Perjalanannya menuju sekolah untuk upacara bendera diiringi musik akustik Indonesia Pusaka.

Senandung akustik dari Katon Bagaskara berjudul Negeri di Awan makin menambah syahdu film yang menjadikan sosok Danang sebagai pemeran utamanya. Yakni seorang tuna rungu yang juga mengidap TBC.
Tapi semua itu tak lantas membuat Danang putus asa. Ia tetap bersemangat menjalani keseharian di sekolah. Walau sering diejek oleh teman di sekolahnya. Bahkan memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.

Lain halnya dengan film kedua, sebab menampilkan film komedi sekolah di SMA Darma Yudha. Film berjudul "Seharusnya" itu mengundang tawa hadirin yang memadati lokasi pemutaran.

 Maklum film pendek garapan Siswa Darma Yudha yang tergabung diDarma Yudha Cinematography Club itu memang menampilkan adegan lucu di sekolah. Banyak kisah sederhana di sekolah yang didramatisir menjadi adegan komedi.

Kedua film tersebut merupakan pemuncak di ajang Darma Yudha Film Festival (DYFF) 2013, sebuah ajang apresiasi film pendek yang digelar pada akhir Maret lalu. Keduanya film mewakili pemuncak untuk Kategori Umum dan Kategori Pelajar di ajang film perdana yang digelar SMA Darma Yudha.

Lewat sesi diskusi Moderator, Suharyoto Sastrosuwignyo menyebut film Diam tampak natural. Apalagi ide yang diambil begitu sederhana. Bahkan ditambah dengan unsur lokalitas dan pemandangan keindahan alam."Film bergaya realis ini cukup sederhana digarap. Sehingga memperlihatkan sisi kemanusiaan yang begitu natural," ulas Pria yang disapa Aryo.

Walau sederhana, Aryo mengatakan film pendek yang digarap Infinity Production ini mampu membawa spirit film sinetron yang mampu menyihir penonton, lalu dipadu dengan spirit film Hollywood yang sarat pesan.

Film kedua, kata Aryo cukup menggelitik dengan adegan lucu. Kehadiran film ini tampak jelas menjadi ekperimen. Bahkan mampu mengeksplorasi kehidupan di sekolah. Terutama kisah remaja yang mengalami masa puber. "Sebuah film yang sesuai dengan masa yang menggarapnya," ungkap Aryo.

Menanggapi hal itu, Sutradara Film Diam, Asgar Adliandri menyebut bahwa filmnya secara keseluruhan mengisahkan Danang dari sisi sosial dan nasionalisme. Pesan itu pula yang hendak disampaikan film Pemuncak DYFF 2013 kategori umum. "Keduanya tampak jelas tergambar dalam perjuangan Danang ke sekolah untuk ikut upacara bendera," papar Asgar.
Dijelaskannya, film garapan Sineas Muda Infinity ini mengambil setting di Buluh Cina, Kapupaten Kampar dengan proses syuting selama tiga hari. Sehingga jelas memperlihatkan sejumlah lokasi wisata di sana yang ditayangan lewat sinematografi apik dan angle yang menarik.

Untuk pendalaman karakter dan lokasi, Asgar dan tim mengaku melakukan obeservasi lapangan dan karakter. Sehingga mereka sempat belajar dua minggu di sebuah SLB di Pekanbaru. "Kami senang film ini kembali mendapat apresiasi untuk diputar di ajang Komunitas 383," ungkap Asgar tersenyum.

Pada malam diskusi tampak hadir juga empat kru film Diam yakni Bayu Ramadhanis (Penata Artistik), Ikra Yan (Editor), Wan Ilham Hadi (Kameramen) dan Hery Eko Cahyono (Director of Photography).

Sementara Pembimbing Pembimbing Darma Yudha Cinematography Club,Jerry Santosa didampingi Sutradara Seharusnya, Elisse Natalia mengatakan bahwa film tersebut merupakan karya perdana mereka.
Film itu digarap dengan semangat untuk menciptakan film yang sederhana tapi menggelitik. Sehingga tercipta film seharusnya. "Semoga film perdana yang mendorong para siswa makin semangat menggarap film," ulasnya.

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMA Darma Yudha, Yudhi Eka Putra menyambut antusias penayangan dua film pemuncak DYFF 2013. Apalagi diskusi sederhana tersebut mampu mengajak sejumlah seniman dan budayaan mengapresiasi dua film pendek karya anak Riau tersebut. "Semoga makin banyak bahasan diskusi di ajang Komunitas 383," harap Yudhi.

Tak hanya diisi diskusi dan pemutaran film, tapi juga digelar pembacaan beberapa puisi yang dipandu oleh Aryo. Juga tampak hadir
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Agus Sri Danardana dan Penulis, Hari B Koriun.

Suasana diskusi makin nikmat dengan hadirnya Kacang Kulit Rasa Garuda Rasa Bawang. Cemilan tersebut menemani hadirin saat menonton dua film pendek. Maklum kemarin ajang Komunitas 383 didukung oleh Hexos dan Kacang Kulit Rasa.
Areal Sales Promosi, Didin mengaku dirinya amat mengapresiasi ajang diskusi seni dan budaya itu.Sambil memperkenalkan produk Kacang Garuda Kulit Rasa. "Jadi sembari nonton film kita mengajak hadirin menikmati gurihnya Kacang Kulit Rasa, Khususnya Rasa," ulas Didin.

Ajang Komunitas 383 juga didukung oleh Toko Buku Gramedia Jalan Sudirman dan Kopi Kapal Api. Hadirin yang berpartisipasi pada diskusi memperoleh buku menarik. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Film Perjuangan Anak Sekolah Tayang di Tribun Pekanbaru

Dengan url

http://pakanbarupos.blogspot.com/2013/04/film-perjuangan-anak-sekolah-tayang-di.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Film Perjuangan Anak Sekolah Tayang di Tribun Pekanbaru

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Film Perjuangan Anak Sekolah Tayang di Tribun Pekanbaru

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger