Laporan Wartawan Tribunpekanbaru.com: Fernando
TRIBUNPEKANBARU.COM, DUMAI- Bila memasuki Kota Dumai, maka bakal disuguhi sejumlah dampak pembangunan. Baik dari segi gedung maupun banyaknya perusahaan di Kota Pelabuhan Pesisir Timur Sumatera ini.
Namun bertolak belakang dengan keadaan SDN 017 di Desa Mekar Sari, Kelurahan Batu Teritib, Kecamatan Sei Sembilan, Kota Dumai. Sekolah di kawasan perbatasan Dumai- Rokan Hilir ini keadaannya memprihatinkan.
Bangunan sederhana yang dikelilingi kawasan perkebuna itu hanya terbuat dari kumpulan papan kayu saja. Sebanyak 82 siswa bergantian belajar di empat ruangan kelas.
Pantauan Tribun, sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas yang memadai. Bila dibandingkan dengan sekolah di perkotaan. Terutama bangunan yang permanen dan fasilitas yang lengkap.
Namun bila melihat gedung SDN 017 Batu Teritip, bakal terbayang gubuk tempat beristirahat para petani. Bangunan sekolah itu malah tidak memiliki jendela.
Pada saat memasukinya ada sebuah pintu yang tidak pernah ditutup. Sangat memperihatinkan keadaan tersebut. Terutama kala para siswa ada yang harus berjalan cukup jauh menuju sekolah itu.
Walau berstatus SDN, sekolah yang berdiri sejak tiga tahun lalu ini malah dibangun oleh swadaya masyarakat sekitar. Guna mempermudah anak-anak mereka bisa sekolah. Sehingga bisa memperoleh pendidikan di Desa Mekar Sari.
"Sekolah ini merupakan swadaya dari masyarakat di Kelurahan Batu Teritip. Kami berharap anak-anak kami bersekolah seperti anak lainnya di Dumai, " jelas Wakil Kepala SDN 017, Juliani Boru Sinaga pada Tribun.
Juliani menyebut sekolah itu memang memprihatinkan. Namun para siswa kelas satu hingga kelas enam tetap semangat belajar.
Wanita yang juga Warga Kampung Mekar Sari ini menyebut ada rencana penambahan ruang majelis guru. Namun melihat keadaan sekolah yang minim, niat itu masih diurungkan.
Maka saat ini sekolah dengan empat ruang kelas itu hanya difungsikan sebagai ruang belajar. "Inilah sekolah kami. Walau sudah tiga tahun dibangun tapi keadaannya masih memperihatinkan," terang Juliani.
Diceritakan Juliani, keadaan tersebut membuat mereka waspada. Apalagi bangunan itu bisa saja mendadak roboh. Tapi tetap para siswa bersemangat dalam menuntut ilmu.
Bahkan beberapa waktu mereka terpaksa bergabung dalam satu ruang, meski kelasnya berbeda. "Kita takut kelasnya mendadak roboh. Maklum dari kayu dan berangsur lapuk," ulasnya.
Awalnya terdapat 30 siswa di SDN 017 Batu Teritip. Mereka dibina oleh tiga pengajar yang terpaksa bergantian mengajar. Para guru pun juga demikian, berusaha mengajar dengan fasilitas seadanya.
Kesabaran pun berbuah hasil, saat ini sudah ada enam tenaga pengajar yang membina para siswa di SDN 017 Batu Teritip. Tapi tetap fasilitas sekolah masih sangat minim. Bahkan para tenaga pengajar kebanyakan hanya tamat SMA.
"Walau hanya tamatan SMA kami tetap mengajar, agar anak-anak disini bisa bersekolah. Tapi tetap penuh semangat dengan keterbatasan," ujarnya.
Pihak sekolah, sampai saat ini masih menunggu perhatian pemerintah. Khususnya Pemerintah Kota Dumai, agar lebih peduli dan membantu keberadaan SDN 017 Batu Teritip.
Apalagi sekolah itu merupakan sekolah negeri yang selayaknya memperoleh asupan pemerintah. "Sampai saat ini memang belum ada bantuan yang datang. Tapi kami berharap kepada pemerintah agar bisa lebih memperhatikan kami. Sekolah di Perbatasan Dumai," tuturnya penuh harap.(*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Pihak Sekolah Kawatir SDN 017 Batu Teritip Mendadak Ambruk
Dengan url
http://pakanbarupos.blogspot.com/2014/05/pihak-sekolah-kawatir-sdn-017-batu.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pihak Sekolah Kawatir SDN 017 Batu Teritip Mendadak Ambruk
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pihak Sekolah Kawatir SDN 017 Batu Teritip Mendadak Ambruk
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar