Tribun Pekanbaru - Rabu, 20 Maret 2013 12:10 WIB
Duta Besar Djauhari Oratmangun sengaja mengundang para pahlawan devisa tersebut dalam jamuan makan malam sekaligus merayakan hari Wanita Internasional pada tanggal 8 Maret 2013. Selain itu sang Dubes juga ingin mengetahui dan mengenal secara langsung kondisi riil mereka di Saint Petersburg.
Para srikandi tersebut menceritakan pengalaman mereka bekerja sebagai spa therapist selama 10 (sepuluh) jam perhari dengan libur 1 (satu) hari dalam seminggu. Mereka juga mengaku diperlakukan dengan sangat baik oleh pihak manajemen perusahaan. Tak jarang sebagian dari mereka pulang kembali ketanah air setelah kontrak selesai, namun setelah beberapa bulan ingin kembali lagi bekerja di perusahaan yang sama dan diterima dengan tangan terbuka.
"Rata - rata kami dapat mengirimkan uang ke keluarga di Indonesia sebanyak 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) juta per bulan", ujar Ni Putu. Hal tersebut diyakini mereka sangat membantu keadaan ekonomi keluarga. Meski tak jarang mereka terkadang menuai protes dari keluarga, khususnya anak - anak, yang masih membutuhkan perhatian seorang ibu seperti halnya anak - anak lain.
"Seandainya anak-anak bisa dapat mengerti, bahwa perjuangan kami merantau untuk masa depan mereka, dan kami ingin kehidupan mereka jauh lebih baik dari kami" ungkap Ni Putu, Sri dan Sari dengan mata yang berkaca kaca.
Untuk menutupi rasa kangen mereka terhadap keluarga, pihak perusahaan memberikan izin cuti serta membayarkan tiket pulang pergi untuk pulang ke
Indonesia selama 2 (dua minggu), bahkan para srikandi tersebut dapat memperpanjang masa cutinya dengan membayar denda sebesar 10 (sepuluh) dolar per hari kepada pihak perusahaan. Selain itu, pihak perusahaan juga memberikan izin libur pada hari - hari besar keagamaan dan HUT kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan Evi, yang masih belia (19 tahun) dan baru 1 (satu) bulan berada di Rusia, mengungkapkan keinginannya untuk maju dan menjadi orang sukses kelak. Untuk itu dia sangat bersyukur dapat bekerja di luar negeri dan mendapatkan perlakuan istimewa dari rekan - rekannya karena dianggap masih kecil dan lugu.
Ketika Dubes Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa kelak Evi bisa mendapatkan suami orang Rusia, Evi hanya membalas dengan senyum dan wajah yang memerah, disambut dukungan dari rekan - rekannya.
Dalam kesempatan itu pula, para srikandi mengeluhkan pengurusan KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang terbilang cukup mahal sebesar 3 (tiga) juta rupiah, tanpa rincian yang jelas, baik apakah itu merupakan asuransi ataukah biaya lainnya. Untuk itu, mereka mengharapkan kiranya KBRI Moskow dapat memberikan masukan dan mengkomunikasikan kepada pihak - pihak yang berwenang menerbitkan KTLN tersebut. Untuk itu Dubes RI mengatakan akan menyampaikan keluhan-keluhan tersebut kepada pihak-pihak terkait di tanah air.(*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Para Srikandi Pendulang Devisa Di Negeri Beruang Putih
Dengan url
http://pakanbarupos.blogspot.com/2013/03/para-srikandi-pendulang-devisa-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Para Srikandi Pendulang Devisa Di Negeri Beruang Putih
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Para Srikandi Pendulang Devisa Di Negeri Beruang Putih
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar