Pelajaran di Bawah Air

Written By Unknown on Senin, 24 Juni 2013 | 12.47

Forum Academica
Oleh : Prof Dr. H. K.Suheimi SPoG
Ketua STIKES Pekanbaru Medical Center

KELEBIHAN  aquarium di Pulau Sentosa, Singapura, adalah kita di buat seakan berada di tengah-tengah kerumunan ikan, semua jenis  ikan  laut ada di sana. Mulai dari yang kecil  sampai  yang
besar,  mulai dari yang jinak sampai yang liar, mulai  dari  yang tidak  berbahaya  sampai pada yang  ganas,  semuanya  seakan-akan mengerubungi kita.

Kita berada dibawah air, sehingga semua  ikan-ikan itu berenang, makan dan bermain diatas kepala dan  di samping kiri  dan kanan kita. Mungkin dengan cara begini  pulalah  orang-orang  membikin  film seakan-akan berada di dasar  dan di  dalam lautan  yang  luas.

Begitu yang saya saksikan  di  Singapura  dan begitu  pula  yang ada di Sydney, Australia.  Saya  terkagum-kagum akan  tehnik manusia yang demikian tinggi, membuat aquarium  dari kaca lengkung yang demikian besar dan dapat medatangkan ikan yang berbagai  jenis,  seakan-akan kita dibawa  ber  langlang buana ke dalam lautan yang luas dengan segala penghuninya. Cantik-cantik dan  bagus-bagus, serta sehat-sehat ikan yang ada dalam aquarium itu.  

Waktu  akan memasuki Aquarium itu, mulai dari  luar sampai ke dalamnya sudah dijejali dengan bermacam-macam jenis ikan  darat dan  ikan  laut  dengan segenap  penghuninya, berikut    dengan keterangan  tentang kebiasaan-kebiasaan masing-masing jenis  ikan tersebut.  Saya terpesona pertama kali memasukinya.

Kita  dibawa memasukki  goa  yang  terbuat dari kaca, d idalam goa  itu  ada  2 jalan, bisa kita berdiri saja di atas ban berjalan, sambil berdiri kita  dibawa oleh ban berjalan mengitari semua  pelosok  dalam aquarium untuk  menyaksikan panorama lautan. Bisa juga kita jalan kaki  dan berhenti di tempat-tempat yang paling memikat dan  menarik hati.

Di dalam goa kaca itu saya lama merenung dan saya  lama mempelajari sifat-sifat masing-masing ikan itu. Bukan main, Masya Allah, Tuhan begitu sempurna dalam  menciptakan  makhluk-mahkluk Nya. Yang  paling  saya kagumi dan tak habis mengerti  adalah  menyaksikan  ikan-ikan hiu yang hampir sebesar dan sepanjang  manusia, bersileweran di kiri-kanan di atas kepala dan  di dekat  mata kita, berdekatan dan bermain dengan ikan-ikan jinak yang lainnya, tanpa terjadi satu perkelahian.

Entah kenapa, sepertinya ikan hiu yang besar dan bermacam-macam jenis itu seakan-akan patah selera, tak  mau memakan dan memangsa ikan-ikan kecil yang  lain  di dekatnya. Di dalam aquarium, tampak mereka seperti  hidup rukun dan damai, tidak  ada iri dan dengki serta  tak  tampak  persaingan. Mereka seperti  bersahabat, sesakit  sepenangungan,  seiya  dan sekata.

Semua ikan dalam aquarium itu berenang, bermain kesana dan kemari, bersenggolan yang satu dengan yang lain, tanpa perlu  berkelahi dan menumpahkan darah. Kenapa terjadi  kerukunan yang  demikian  baik, padahal ikan yang satu  adalah mangsa dan makanan dari ikan yang lain? Tapi di sana tak  ada  perselisihan. Lama saya mengamati dan lama saya tercenung.

Rupanya si  pengawas aquarium  itu  mengerti  dengan seluk beluk  ikan-ikan  yang  ada di sana. Dia mengerti tingkah dan kurenahnya. Satu yang dapat saya pelajari, bila ikan-ikan itu sudah kenyang, dia tidak ingin  lagi mengganggu dan memangsa ikan lainnya. Jadi pada saat-saat tertentu ikan itu di suguhi makan sekenyang-kenyangnya, kemudian dia akan bermain-main  dan memberikan atraksi-atraksi yang menarik  hati para penontonnya.

Dari  bawah air saya menyaksikan dan  menikmati  pemandangan yang  aduhai menarik dan menawan. Kalau tidaklah dipanggil  oleh teman-teman  untuk berkumpul dan bersama-sama pulang,  barangkali saya tidak mau meninggalkan tempat di bawah air bersama ikan-ikan yang  berbagai  berperangai itu.

Berperangai  kata  saya, karena memang ada beberapa hal yang dapat saya petik dari perangai  ikan di bawah air itu. Yaitu betapapun ganasnya seekor ikan,  katakanlah  jenis ikan hiu yang ganas, walaupun di  hadapannya  melintas mangsa  dan  makanannya, dia seakan-akan tak peduli,  karena  dia sudah  dapat  jatah makanan dan perutnya sudah  kenyang. 

Berbeda dengan hiu-hiu yang ada di daratan. Hiu ini  sangat  tamak, loba, rakus dan sangat serakah. Walaupun perutnya sudah kenyang, walau pun  hartanya sudah menumpuk, walaupun rumahnya sudah tak terhitung,  walaupun gunung dan bukit dia yang punya, tapi  kalau  ada mangsa  yang lewat di depannnya langsung di terkamnya.  

Kadang-kadang  makanan orang lain, milik orang  lain,  hak orang  lain,  dia tak perduli. Mumpung  ada  kesempatan,  mumpung masih  bisa makan, mumpung masih bisa mengumpulkan. Maka  istilah mumpung  inipun tak disia-siakan, dipergunakan semaksimalnya sampai  muntah,  sampai  ndak terpikul lagi.  Tanpa  peduli  akan norma-norma,  tanpa peduli apakah itu akan merusak  dan  menghancurkan sistem, lebih-lebih tanpa peduli halal atau haram.

Agaknya  kehidupan di bawah air, ikan-ikan di dalam aquarium dapat memberikan  iktibar dan renungan pada  kita. Mereka bisa berdamai, mereka bisa bersahabat, mereka bisa  rukun,  walaupun jenisnya berbeda, walaupun yang jadi teman itu sebetulnya  adalah mangsanya. 

Kenapa ikan-ikan bisa rukun? Mungkin  karena  mereka mencari  sesuatu sekadar memenuhi kebutuhannya untuk hidup  saja, tidak berlebih-lebihan. Tidak tamak, tidak loba, serta tidak serakah. Kebutuhannya tidak melampaui kemampuan. Agaknya  inilah kuncinya, saya ulangi "kebutuhannya tidak melampaui kemampuannya".

Karena di sini, di tempat manusia hidup ini, selalu saja kebutuhan itu sedikit  lebih  tinggi dari  kemampuan. Kalau kemampuannya sembilan,  maka kebutuhannya adalah sepuluh. Kalau  kemampuannya seratus, maka kebutuhannya meningkat jadi seribu. Tak pernah  dia berhasil memenuhi setiap kebutuhannya, berakhir dengan jarang dia mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya, karena selalu merasa kekurangan.

Padahal salah satu cara untuk dapat merasakan kebahagiaan dan kesenangan adalah, kata guru saya bahwa "kamu mensyukuri dan merasa puas dengan apa-apa yang kamu peroleh, karena banyak  lagi orang  yang  belum dapat memiliki seperti apa yang  kau  punyai".

Nasehatnya bergema dalam telinga saya dan meresap ke dalam relung-relung  hati yang terdalam, dan itu pulalah yang ingin  saya  ungkapkan kepada para pembaca yang budiman.

Di bawah air di dalam aquarium di Pulau Sentosa saya terpana menyaksikan ikan hiu yang ganas hidup berdampingan  dengan  ikan maco haji. Penuh kedamaian, ketenangan dan  ketenteraman.  Agaknya mereka  bisa hidup penuh kedamaian, hatinya penuh ketenangan dan jiwanya penuh dengan ketenteraman karena di sana, di dalam air  itu tidak  ada keserakahan.

Mereka bisa hidup bersama karena mereka tidak  serakah, tidak loba dan tidak tamak. Kalau perutnya  sudah kenyang, cukup  sudah,  mereka tidak  ingin  mengganggu  ataupun menyusahkan  orang lain, sekalipun sebetulnya, yang lewat di depannya itu sesungguhnya adalah mangsanya yang enak disergap  dan enak di antap.

Untuk  semua itu saya teringat akan sebuah  firman-Nya dalam Alquran, surat Al-Baqarah ayat 96: "Dan sungguh kamu akan mendapati mereka seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia) bahkan  (lebih loba lagi) dari orang-orang yang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal  umur panjang  itu  sekali-kali tidak akan  menjauhkannya dari  siksa; Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Pelajaran di Bawah Air

Dengan url

http://pakanbarupos.blogspot.com/2013/06/pelajaran-di-bawah-air.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pelajaran di Bawah Air

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pelajaran di Bawah Air

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger