TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU – Bank Indonesia Perwakilan Riau mengadakan seminar tentang perkembangan terkini perekonomian Indonesia, dan kebijakan moneter Bank Indonesia, Kamis (29/8) di Ruang Serbaguna, Gedung A Lantai III Bank Indonesia Perwakilan Riau Jalan Jenderal Sudirman. Seminar ini dihadiri Kepala Dinas Kehutanan Riau, Zulher dan pimpinan pengusaha perbankkan, pengusaha kehutanan, money canger dan insan pers serta menghadirkan tiga nara sumber.
Pada sesi tanya jawab, Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau, H Rafmen menyampaikan bahwa kondisi Riau yang kerap selalu diselimuti asap sangat berpengaruh terhadap iklim ekspor Crude Palm Oil (CPO), karena kondisi ini dimanfaatkan oleh Non-Governmental Organizations (NGO) asing kepada pembeli CPO.
"Kondisi Riau yang kerap berasap, dijadikan black kampain oleh NGO. Ini perlu tindakan pencegahan tidak lagi mengatasi. Untuk mengatasi kabut asap ini, kami sudah sumbangkan 6 unit alat pemadam dan slang, serta dana operasional Rp 1,5 juta per tim. Hari ini diserahkan di Pelalawan, Desa Lubuk Ogung, Kecamatan Bandar Sekijang, karena disana banyak lahan terbakar," ungkap Rafmen.
Black komplain oleh NGO tersebut, dilakukan terhadap negara pembeli CPO yakni ke Cina, India, Eropa, Amerika Serikat dan negara lainnya.
"Maka ini sangat berpengaruh terhadap ekspor CPO, karena black kampain tersebut jelas mengurangi permintaan CPO dunia. Untuk saja saat ini penurunan tidak banyak, karena cuaca yang kurang bagus di Amerika, sehingga panen mereka juga tidak bagus, sehingga mereka masih membutuhkan CPO dari Indonesia," jelas Rafmen.
Hal ini, ditanggapi oleh narasumber dari Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Zulkarnaen. Menurut Zulkarnaen, memang harus ada shock teraphy bagi pembakar lahan, jangan yang ditangkap hanya cicunguknya saja.
"Harus ada shock teraphy, jangan yang ditangkap pekerjanya, namun pemilik lahannya. Untuk mengatasi asap dan kebakaran lahan ini, harus bersama-sama. Gubernur harus mengajak bupati dan wali kota untuk mengatasi ini. Kondisi asap ini juga mengganggu iklim investasi, karena sering pesawat investor ke Pekanbaru harus delay, malahan berputar-putar menunggu asap hilang, lebih fatal lagi harus kembali ke daerah asalnya," papar Zulkarnaen.
Selain itu, dalam seminar ini dibicarakan terkait dengan pertumbuhan ekonomi Riau, inflasi dan kebijakan moneter Bank Indonesia. Sebagaimana disampaikan Kepala Divisi Riset Model dan Makroekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Dr Harmanta, inflasi pada Juli 2013 melonjak tinggi mencapai 3,29 persen (mtm) atau 8,61 persen (yoy), jauh lebih tinggi dari inflasi Juni 2013 dan perkiraan Bank Indonesia.
"Peningkatan inflasi terutama didorong kenaikan tajam inflasi kelompok volatie food yang disebabkan oleh gangguan pasokan kelompok pangan. Inflasi administered prices mencapai puncak pada Juli 2013 bersumber daari kenaikan harga BBM bersubsidi, dan dampak lanjutannya terhadap penyesuaian tarif angkutan. Sementara, inflasi inti masih pada level yang terkendali, meskipun sedikit meningkat. Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan mereda seiring berakhirnya faktor musiman lebaran dan tahun ajaran baru sekolah, serta perlambatan ekonomi domenstik. Inflasi tahun 2014 diperkirakan dapat menurun pada kisaran sasaran sebesar 4,5 persen," papar Harmanta.
Usai seminar, Asisten Direktur Bank Indonesia Perwakilan Riau, M Abdul Majid Ikram kepada Tribun menyebutkan, ekonomi Riau ke depan agak sedikit melambat walau tidak melambat sekali. Melambat disebabkan pengaruh ekonomi nasional.
"Dampak positifnya ada, khususnya bagi produk ekspor orientit. Walaupun ekspor dari sisi volume turun, namun dari segi nilai meningkat, karena harga produk ekspor Riau lebih kompetitif," ungkap Abdul Majid.
Sisi negatifnya akan lebih besar, ulas Abdul Majid, karena Riau juga masih bergantung kepada produk dari luar dan produk impor. Dengan depresiasi seperti ini, harga barang akan meningkat. "Maka, selain pertumbuhan ekonomi Riau melambat, dari sisi inflasi akan sedikit ada tekanan," jelas Abdul Majid.
Namun, kata Abdul Majid, ada sisi yang bisa menahan ekonomi Riau tetap bagus yakni Pemilukada saat ini. Adanya Pemilukada ini, pertumbuhan ekonomi Riau tidak terlalu anjlok dibanding provinsi lain.
"Makanya, kami berharap jika nanti sudah ada gubernur dan wakil gubernur yang baru, kami bisa bekerjasama. Terutama dari APBD, bagaimana APBD bisa menstimulus khususnya untuk permberdayaan ekonomi masyarakat, dan tata kelola governenance. Gubernur dan wakil gubernur yang baru nanti bisa membagus lagi," harap Abdul Majid.
Selain itu, sebut Abdul Majid, Bank Indonesia Perwakilan Riau sedang konsentrasi dalam menstimulus petani padi bekerjasama dengan pemerintah setempat.
"Tahun depan kami rencanakan petani sapi, namun kami akan survey dulu," tutur Abdul Majid. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Black Campaign NGO Asing Ganggu Ekspor Riau
Dengan url
http://pakanbarupos.blogspot.com/2013/08/black-campaign-ngo-asing-ganggu-ekspor.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Black Campaign NGO Asing Ganggu Ekspor Riau
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Black Campaign NGO Asing Ganggu Ekspor Riau
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar