Forum Academica
Oleh : Prof Dr. H. K.Suheimi SPoG
Ketua STIKES Pekanbaru Medical Center
KELEBIHAN aquarium di Pulau Sentosa, Singapura, adalah kita di buat seakan berada di tengah-tengah kerumunan ikan, semua jenis ikan laut ada di sana. Mulai dari yang kecil sampai yang
besar, mulai dari yang jinak sampai yang liar, mulai dari yang tidak berbahaya sampai pada yang ganas, semuanya seakan-akan mengerubungi kita.
Kita berada dibawah air, sehingga semua ikan-ikan itu berenang, makan dan bermain diatas kepala dan di samping kiri dan kanan kita. Mungkin dengan cara begini pulalah orang-orang membikin film seakan-akan berada di dasar dan di dalam lautan yang luas.
Begitu yang saya saksikan di Singapura dan begitu pula yang ada di Sydney, Australia. Saya terkagum-kagum akan tehnik manusia yang demikian tinggi, membuat aquarium dari kaca lengkung yang demikian besar dan dapat medatangkan ikan yang berbagai jenis, seakan-akan kita dibawa ber langlang buana ke dalam lautan yang luas dengan segala penghuninya. Cantik-cantik dan bagus-bagus, serta sehat-sehat ikan yang ada dalam aquarium itu.
Waktu akan memasuki Aquarium itu, mulai dari luar sampai ke dalamnya sudah dijejali dengan bermacam-macam jenis ikan darat dan ikan laut dengan segenap penghuninya, berikut dengan keterangan tentang kebiasaan-kebiasaan masing-masing jenis ikan tersebut. Saya terpesona pertama kali memasukinya.
Kita dibawa memasukki goa yang terbuat dari kaca, d idalam goa itu ada 2 jalan, bisa kita berdiri saja di atas ban berjalan, sambil berdiri kita dibawa oleh ban berjalan mengitari semua pelosok dalam aquarium untuk menyaksikan panorama lautan. Bisa juga kita jalan kaki dan berhenti di tempat-tempat yang paling memikat dan menarik hati.
Di dalam goa kaca itu saya lama merenung dan saya lama mempelajari sifat-sifat masing-masing ikan itu. Bukan main, Masya Allah, Tuhan begitu sempurna dalam menciptakan makhluk-mahkluk Nya. Yang paling saya kagumi dan tak habis mengerti adalah menyaksikan ikan-ikan hiu yang hampir sebesar dan sepanjang manusia, bersileweran di kiri-kanan di atas kepala dan di dekat mata kita, berdekatan dan bermain dengan ikan-ikan jinak yang lainnya, tanpa terjadi satu perkelahian.
Entah kenapa, sepertinya ikan hiu yang besar dan bermacam-macam jenis itu seakan-akan patah selera, tak mau memakan dan memangsa ikan-ikan kecil yang lain di dekatnya. Di dalam aquarium, tampak mereka seperti hidup rukun dan damai, tidak ada iri dan dengki serta tak tampak persaingan. Mereka seperti bersahabat, sesakit sepenangungan, seiya dan sekata.
Semua ikan dalam aquarium itu berenang, bermain kesana dan kemari, bersenggolan yang satu dengan yang lain, tanpa perlu berkelahi dan menumpahkan darah. Kenapa terjadi kerukunan yang demikian baik, padahal ikan yang satu adalah mangsa dan makanan dari ikan yang lain? Tapi di sana tak ada perselisihan. Lama saya mengamati dan lama saya tercenung.
Rupanya si pengawas aquarium itu mengerti dengan seluk beluk ikan-ikan yang ada di sana. Dia mengerti tingkah dan kurenahnya. Satu yang dapat saya pelajari, bila ikan-ikan itu sudah kenyang, dia tidak ingin lagi mengganggu dan memangsa ikan lainnya. Jadi pada saat-saat tertentu ikan itu di suguhi makan sekenyang-kenyangnya, kemudian dia akan bermain-main dan memberikan atraksi-atraksi yang menarik hati para penontonnya.
Dari bawah air saya menyaksikan dan menikmati pemandangan yang aduhai menarik dan menawan. Kalau tidaklah dipanggil oleh teman-teman untuk berkumpul dan bersama-sama pulang, barangkali saya tidak mau meninggalkan tempat di bawah air bersama ikan-ikan yang berbagai berperangai itu.
Berperangai kata saya, karena memang ada beberapa hal yang dapat saya petik dari perangai ikan di bawah air itu. Yaitu betapapun ganasnya seekor ikan, katakanlah jenis ikan hiu yang ganas, walaupun di hadapannya melintas mangsa dan makanannya, dia seakan-akan tak peduli, karena dia sudah dapat jatah makanan dan perutnya sudah kenyang.
Berbeda dengan hiu-hiu yang ada di daratan. Hiu ini sangat tamak, loba, rakus dan sangat serakah. Walaupun perutnya sudah kenyang, walau pun hartanya sudah menumpuk, walaupun rumahnya sudah tak terhitung, walaupun gunung dan bukit dia yang punya, tapi kalau ada mangsa yang lewat di depannnya langsung di terkamnya.
Kadang-kadang makanan orang lain, milik orang lain, hak orang lain, dia tak perduli. Mumpung ada kesempatan, mumpung masih bisa makan, mumpung masih bisa mengumpulkan. Maka istilah mumpung inipun tak disia-siakan, dipergunakan semaksimalnya sampai muntah, sampai ndak terpikul lagi. Tanpa peduli akan norma-norma, tanpa peduli apakah itu akan merusak dan menghancurkan sistem, lebih-lebih tanpa peduli halal atau haram.
Agaknya kehidupan di bawah air, ikan-ikan di dalam aquarium dapat memberikan iktibar dan renungan pada kita. Mereka bisa berdamai, mereka bisa bersahabat, mereka bisa rukun, walaupun jenisnya berbeda, walaupun yang jadi teman itu sebetulnya adalah mangsanya.
Kenapa ikan-ikan bisa rukun? Mungkin karena mereka mencari sesuatu sekadar memenuhi kebutuhannya untuk hidup saja, tidak berlebih-lebihan. Tidak tamak, tidak loba, serta tidak serakah. Kebutuhannya tidak melampaui kemampuan. Agaknya inilah kuncinya, saya ulangi "kebutuhannya tidak melampaui kemampuannya".
Karena di sini, di tempat manusia hidup ini, selalu saja kebutuhan itu sedikit lebih tinggi dari kemampuan. Kalau kemampuannya sembilan, maka kebutuhannya adalah sepuluh. Kalau kemampuannya seratus, maka kebutuhannya meningkat jadi seribu. Tak pernah dia berhasil memenuhi setiap kebutuhannya, berakhir dengan jarang dia mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya, karena selalu merasa kekurangan.
Padahal salah satu cara untuk dapat merasakan kebahagiaan dan kesenangan adalah, kata guru saya bahwa "kamu mensyukuri dan merasa puas dengan apa-apa yang kamu peroleh, karena banyak lagi orang yang belum dapat memiliki seperti apa yang kau punyai".
Nasehatnya bergema dalam telinga saya dan meresap ke dalam relung-relung hati yang terdalam, dan itu pulalah yang ingin saya ungkapkan kepada para pembaca yang budiman.
Di bawah air di dalam aquarium di Pulau Sentosa saya terpana menyaksikan ikan hiu yang ganas hidup berdampingan dengan ikan maco haji. Penuh kedamaian, ketenangan dan ketenteraman. Agaknya mereka bisa hidup penuh kedamaian, hatinya penuh ketenangan dan jiwanya penuh dengan ketenteraman karena di sana, di dalam air itu tidak ada keserakahan.
Mereka bisa hidup bersama karena mereka tidak serakah, tidak loba dan tidak tamak. Kalau perutnya sudah kenyang, cukup sudah, mereka tidak ingin mengganggu ataupun menyusahkan orang lain, sekalipun sebetulnya, yang lewat di depannya itu sesungguhnya adalah mangsanya yang enak disergap dan enak di antap.
Untuk semua itu saya teringat akan sebuah firman-Nya dalam Alquran, surat Al-Baqarah ayat 96: "Dan sungguh kamu akan mendapati mereka seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia) bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang yang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa; Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". (*)