Laporan wartawan Tribunpekanbaru.com: Mayonal Putra
TRIBUNPEKANBARU.COM, DUMAI - Ketua Umum Balai Wartawan Dumai, Adek Sanjaya (47) meninggal dunia, Jumat (21/3) malam. Kepergian tokoh pengayom sekaligus sosok humoris bagi para wartawan itu mengejutkan dunia pers di Kota Dumai. Semua wartawan di Dumai mengaku tidak percaya wartawan senior yang bertugas sebagai Kepala Biro Harian Berita Terkini untuk Dumai itu sudah meninggal dunia.
"Saya tidak percaya, dia pergi secepat itu. Saya menyesal tidak sempat bertemu dia, saya lemas kala informasi itu saya dapatkan," sesal Ricky Hutagalung, Kabiro Media Riau untuk Dumai, kemarin.
Menurut Ricky, sosok Adek Sanjaya tidak akan pernah tergantikan. Meski tidak bergabung dengan organisasi profesi yang menasional, namun ia berhasil menghimpun sejumlah wartawan untuk berkumpul, berbagi serta berdiskusi. Dalam keseharian, ia termasuk wartawan yang perhatian terhadap wartawan lainnya, meski dengan karakter yang tegas, lugas dan terus terang.
"Saya sangat akrab dengan dia, namun dua tahun terakhir agak renggang. Yang namanya berteman, tentu suatu ketika akan berbeda pandangan dan pendapat. Ya, tidak ada gading yang tak retak. Tapi saya tidak bisa melupakan kebaikannya, keberhasilannya mengumpulkan teman-teman serta ketegasannya," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, perjuangan Adek Sanjaya atas nama kebersamaan pantas dilanjutkan. Sehingga, puluhan wartawan yang mempunyai tugas untuk wilayah Dumai bisa saling mengisi. Sebab, dunia wartawan identik dengan nilai-nilai intelektual.
"Segala yang baik tentang almarhum harus kita ambil, semua kesalahan dia harus kita maafkan, karena setiap kita pasti ada salah," sebutnya dengan raut sedih.
Hal yang sama juga diutarakan Naning Nurtriana. Keseharian bergaul dengan wartawan membuat perempuan yang sudah bekerja di bidang media Pertamina RU II Dumai dirundung kesedihan. Meski sempat menemani di IGD RSUD Dumai beberapa jam sebelum almarhum menghembuskan nafas terakhirnya, Naning masih belum percaya.
"Saat di IGD, beliau masih seperti biasa. Masih sempat ia protes kenapa ia tidak dobolehkan minum oleh dokter. Ia masih sangat sadar, tahu setiap yang datang. Karakter ia masih akrab sebagaimana biasanya," katanya.
Diceritakan Naning, ia dan pihak keluarga memilih untuk diantarkan ke ahli urut patah tulang di Bukit Timah, Dumai. Sehingga, pihak keluarga pun mengajukan permohonan ke pihak RSUD.
"Saat ambulan mengantarkan ia ke ahli urut patah tulang, saya dan rekan-rekan wartawan lainnya masih menunggu, karena tidak yakin dengan kejadian selanjutnya," katanya.
Namun, tidak lama kemudian, lanjut Naning, tersebar informasi kalau ia sudah tidak ada lagi. Sontak semua terkejut, dan saling memberikan informasi. Padahal, sebagian wartawan Dumai sedang dalam perjalanan dari Medan menuju Dumai.
Diuraikan Naning, Balai Wartawan Dumai berencana akan mengadakan study tour ke Sumatra Barat akhir bulan ini. Sebagai ketua umum, Adek Sanjaya sibuk mengurus keberangkatan puluhan wartawan ke Sumatra Barat, mulai dari anggaran, mobil, sampai urusan penginapan di Sumatra Barat.
"Sore Jumat itu, ia dan Rezi (wartawan dumaisatu.com), mengurus proposal kegiatan. Saat melewati jalan Sudirman, tepatnya di RM. Pak Datuk, tiba-tiba ada mobil mundur dengan kencang dari areal parkir. Bang Adek dan Rezi Terpelanting," ujarnya.
Saat kejadian, Adek Sanjaya masih tetap sadarkan diri, sedangkan Rezi tampak menggigil. Namun, Adek Senjaya dibiarkan mengerang kesakitan beberapa menit, baru kemudian dibawa ke RSUD Dumai.
"Memang dari fisik tidak terlihat ada luka-luka. Namun dari hasil rontgen, teradapat beberapa luka dalam, tulang data, lengan, pinggang dinyatakan patah," ujarnya.
Oleh karena itu, keluarga meminta agar dibawa ke ahli urut patah tulang Jumat malam tersebut. Setelah sempat diurut, Adek Senjaya sempat merasakan kenyamanan. Ketika ia mencoba untuk duduk, tiba-tiba sesak nafas, sedangkan bantuan oksigen sudah tidak ada lagi.
Untuk mendapatkan bantuan oksigen, dini hari itu, ia dibawa ke salah satu klinik terdekat. Namun, saat sampai diklinik, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
Dengan kejadian yang begitu singkat, baik para wartawan maupun stakeholder banyak yang tidak percaya. Sebab, ia seorang wartawan yang pandai mendekatkan diri kepada siapapun, baik kecil, tua maupun muda. Tidak pernah membedakan antara wartawan yang satu dengan yang lainnya, namun tetap tegas saat berdiskusi.
"Saya merasa kehilangan, begitu mendengar ia telah pergi, badan saya serasa sangat lemas. Saya tidak bisa mengucapkan sesuatu, dan saya belum percaya. Padahal, saya dan belasan wartawan lainnya dalam perjalanan dari Medan menuju Dumai," ujar Sekjen Balai Wartawan Dumai, Bambang Prayitno.
Sementara itu, Rezi yang juga pengurus Balai Wartawan Dumai masih dirawat di RSUD Dumai. Bagian lengan kiri terdapat luka robek sedangkan kaki kanannya masih belum bisa digerakkan. (*)